Pages

Saturday 5 April 2014

Selamat Bertugas Kenangan.


Akhir duaribu sebelas. Aku pernah bertemu dengan seorang pemuda, tiga tahun lebih tua dariku, dia manis. Kulitnya sawo matang. Kalau diingat-ingat lagi dia punya tanda lahir didekat siku kanannya. Tingginya sekitar 180 centi. Jika ingin menatapnya aku harus mendongak. Badannya tegap, matanya sayu.

Kami bertemu. Awal duaribu duabelas dia seperti mencintaiku. Dikenalkannya aku pada teman-temannya. Dia selalu menatapku ketika berbicara. Dia selalu menungguku latihan digereja sampai larut malam. Lalu dia selalu memberiku semangat. Lalu dia selalu memberi kejutan-kejutan kecil. Pesan singkat selamat pagi selalu dia kirimkan. Dia lupa aku tidak suka boneka, dihari ulangtahunku dia memberiku boneka. Tetap kuterima, aku tetap bahagia.

Matanya tidak pernah berpaling ketika aku memakai dress. Dia selalu berbisik aku cantik hari itu. Lalu pelan-pelan aku juga mencintainya. Segala keraguanku mulai lenyap oleh setiap perhatiannya. Lalu dia mulai bercerita tentang hari pernikahan. Dia bercerita menungguku dialtar. Dia bercerita aku memakai gaun putih. Dia bercerita dengan tersenyum, dia bercerita seakan matanya menyala-nyala.

Pertengahan duaribuduabelas. Aku mulai sibuk dengan sekolah, tugas akhir. Dia sibuk dengan kuliahnya. Kita mulai jarang berkomunikasi. Pesan singkatku mulai jarang dibalas. Pesan singkat selamat paginya mulai jarang dikirimkan. Dia mulai sulit dihubungi. Aku menjaga hati. Dia tidak.

Akhir duaribu duabelas. Dia berkata, dia jenuh. Dia berkata tidak bisa seperti ini terus. Lalu aku bertanya, apakah dia ingin mengakhiri. Dia menjawab iya. Dia bilang ini salahku yang tidak bisa mempertahankan dia. Lalu aku percaya.

Tiga hari setelah hubungan kamu berakhir, status hubungan difacebooknya sedang berpacaran dengan wanita cantik dikampusnya. Tiga bulan kemudian dia datang lagi berkata ingin masuk Sekolah Angkatan. Lalu aku mendukungnya.

Duaribu tigabelas dia berhasil masuk. Tidak lama berselang status facebooknya menjadi single.

Duaribu empatbelas. Dia datang lagi, menjanjikan pangkat dan hidup tentram.
Sayang, kamu terlambat. Aku sudah dimiliki.
Sayang, aku tidak marah.
Aku tulus mendoakanmu semoga kamu berhasil.
Mari kita saling melupakan :) mari kita berteman saja :).

Semoga ketika kita bertemu nanti kita sudah menjadi orang sukses ya


Selamat bertugas, sersan :)